10 Kuliner Khas Ponorogo



Masak Cepat  - Ponorogo, bukan nama yang asing bukan..? Selain terkenal dengan kesenian Reyog, ternyata Ponorogo juga menyimpan kelezatan kuliner yang tidak akan ditemuai di daerah lain. Nggak percaya..?. Berikut Masak Cepat akan sajikan 10 kuliner yang hanya akan anda temui di Ponorogo.



1. Sate Ayam Ponorogo

Saingan berat sate ayam madura ini bahkan sudah menjadi ikon resmi makanan khas Kabupaten Ponorogo.Beda antara sate ayam Ponorogo dan madura adalah pada cara memotong dagingnya. Dagingnya tidak dipotong menyerupai dadu seperti sate ayam pada umumnya, melainkan disayat tipis panjang menyerupai fillet, sehingga selain lebih empuk, gajih atau lemak pada dagingnya pun bisa disisihkan.

Perbedaan berikutnya adalah sate Ponorogo melalui proses perendaman bumbu (di”bacem”) agar bumbu meresap ke dalam daging. Sate daging, usus, dan kulit dibumbui dengan bumbu kecap dan minyak sayur. Setelah bumbunya merata, sate dipanggang di atas pemanggang sate selama kurang lebih 3-5 menit. Alat pemanggangnya terbuat dari “Anglo” yaitu sejenis tungku pemanggang yang panjang terbuat dari tanah liat. Setelah berwarna kecoklatan, semua sate diletakkan di atas piring untuk dibumbui lagi dengan Bumbu kacang Spesial dan disantap dengan ketupat atau lontong.

Proses pembuatannya itulah yang menghasilkan sate dengan daging ayamnya yang sangat empuk dengan bumbu yang meresap sampai kedalam. Selain sate daging ayam ada juga sate usus, kulit, kepala, calon telur ayam (uritan) dan sate tangkar (tulang rawan/muda). Selain itu, bila tidak dicampur bumbu kacang sate ayam ponorogo tahan disimpan lebih lama, bahkan berhari-hari jika dimasukkan kedalam kulkas.

Di Ponorogo ada beberapa tempat sentra pembuat serta penjual sate ayam yaitu di Jalan Lawu, Desa Setono dan Desa Purbosuman. Daerah jualannya ada disekitar Jalan Gajah Mada, Jalan Jendral Soedirman, dan Jalan Soekarno Hatta. Yang perlu diketahui, sate ayam ponorogo ada dua jenis menurut ukurannya. Yang satu dengan irisan daging yang lebih tebal panjang dan lebar sedang satunya lebih tipis dan kecil, dan tentu saja harganyapun berbeda meski sama-sama enaknya.

Satu hal lagi, Penjual sate ayam dari jalan Wilis dan purbosuman biasanya mempunyai tempat jualan khusus semacam warung atau rumah makan. Sedang penjual sate ayam dari setono sejak dulu lebih suka menjual sate dengan cara berkeliling atau di kaki lima, meskipun sekarang mulai banyak juga yang sudah membuka tempat berjualan yang tetap.

2. Nasi Pecel Ponorogo
Di hampir semua wilayah, utamanya jawa, anda dapat dengan mudah menemui penjual nasi pecel. Mulai yang berharga ribuan satu porsi sampai dengan puluhan ribu. Ada banyak ragam Nasi pecel dengan berbagai macam variasi rasa bumbu pecel dan lauk yang berbeda-beda di masing-masing daerah. Jika lidah anda jeli, anda dapat membedakan rasa khas dari masing-masing bumbu pecel yang disajikan dimasing-masing daerah. Semua menyesuaikan dengan lidah penduduk lokal.

Pun juga di Ponorogo, Anda dapat menikmati nasi pecel disetiap waktu. Mulai pagi, siang, sore bahkan malam sampai pagi selalu ada orang yang jualan nasi pecel.Bagi warga Ponorogo, Nasi pecel menjadi menu yang tak bisa lepas dari keseharian mereka.

Lalu apa yang membedakan nasi Pecel Ponorogo dengan nasi pecel lainnya, semisal nasi pecel Madiun..?

Selain variasi sayur yang dipakai, yang berbeda adalah bumbu pecelnya. Bumbu pecel ponorogo rasanya relatif lebih pedas dari bumbu pecel daerah lain. Selain itu bumbu pecel asli Ponorogo tidak menggunakan kencur seperti bumbu pecel Madiun. Dalam bumbu pecel Ponorogo ditambahkan daun jeruk untuk memberikan aroma harum dan rasa yang segar.


Sate kambing, selain sate ayam banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Tetapi tiap daerah mempunyai rasa dan cara pengolahan yang berbeda, pun juga dengan sate kambing Ponorogo.

Ke-khasan itu terletak pada bumbu dan cara memasaknya, orang Ponorogo cenderung menyukai rasa pedas dan gurih, beda dengan sate daerah lain yang cenderung manis. Jika didaerah lain daging kambing yang disate merupakan daging mentah yang dipotong-potong terus dibakar. Di Ponorogo, sebelum dibakar biasanya daging sudah di “Alupi” atau di rendam sebentar dengan air panas.

Ciri khas lain sate dan gulai ponorogo adalah selalu ada “Rombong”, yaitu tempat menaruh dan menjajakan kuali wadah gulai dan sate di warung. Rombong yang terbuat dari rotan dan bambu ini mempunyai pikulan yang melengkung. Mungkin pada masa lalu sate dan gulai kambing ini dijajakan dengan dipikul berkeliling.

Daging kambing muda yang empuk tanpa lemak disiram dengan bumbu kecap dengan irisan cabe dan bawang merah dihidangkan dengan sepiring nasi gulai kambing.Satu paket biasanya terdiri dari 10 tusuk Sate kambing dan sepiring nasi gulai harganya berkisar 25-30 ribu rupiah, sebanding dengan kelezatan rasanya.

4. Sate Kopok

Sate yang satu ini sesuai namanya tampilannya sambalnya berlendir dengan warna yang agak keputih-putihan, mirip “Kopok” atau lendir telinga. Tetapi jangan salah, meski demikian rasanya sangat nikmat dan gurih. Sate yang khas ini hanya ada di Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo, anda tidak akan menemui sate ini dijual dilain tempat.

Berbeda dengan sate yang lain, sate yang satu ini tidak dibakar atau dipanggang. Tampilan sate kopok yang berlendir dikarenakan sambal kacangnya diencerkan dengan santan kelapa. Sate kopok biasa disajikan dengan sayur yang terdiri dari tolo/loto, tahu dan tempe dengan kuah yang berwarna kuning.

Keberadaan sate yang satu ini sudah cukup lama, bahkan pada masa penjajahan belanda sate ini telah diperjual belikan.

Pasti banyak yang penasaran dengan rasanya. Sayangnya sate yang satu ini agak susah ditemui karena hanya dijual di beberapa tempat yaitu di Pasar Pahing di Kecamatan Balong atau Pasar Wage Kecamatan Jetis.
Nasi tiwul saat ini sangat sulit dicari, bahkan di desa-desa keberadaan nasi tiwul juga jarang
ditemui. Cap “Makanan orang miskin” yang dilekatkan banyak orang dan media membuat banyak orang
menjadi malu untuk makan nasi tiwul. Padahal ditinjau dari kandungannya Tiwul tidak kalah dari
beras.Tetapi kali ini kita tidak akan membahas masalah tiwul dan beras.

Kembali ke topik awal, Tiwul goreng memang sudah lama diakui kelezatannya oleh banyak orang. Sayang karena tiwul susah dicari, nasi tiwul goreng pun menjadi semakin langka.

Tapi jangan salah, Di ponorogo, tepatnya di sekitar Telaga Ngebel, Kecamatan Ngebel Ponorogo. Masih ada beberapa warung yang menjajakan nasi tiwul goreng.

Yang istimewa dari tiwul goreng ngebel adalah bahan dasarnya. Di Ngebel dan sekitarnya Gaplek dibuat dengan merendam singkong yang sudah dikupas di air yang mengalir. Air yang jernih serta belum tercemar di sekitar ngebel menghasilkan Gaplek kualitas terbaik. Makanya, ketika sudah jadi nasi tiwul rasanya enak dan warnanya coklat terang. Tidak coklat tua atau coklat kehitaman seperti tiwul-tiwul dari daerah lain.

Satu lagi yang tidak boleh terlewatkan saat menyantap nasi tiwul goreng di ngebel adalah Ikan “Ngongok” goreng. Ikan yang satu ini adalah ikan endemis telaga ngebel. Jadi anda tidak akan menemui ikan ini di tempat lain. Ikan “Ngongok” mempunyai daging agak tebal dengan rasa yang khas. Tetapi jika ikan yang satu ini habis atau tidak tersedia masih ada ikan nila goreng yang juga tak kalah gurihnya.
Dawet yang berasal dari Desa Jabung Kecamatan Mlarak ini punya sejarah yang cukup panjang. Dahulu berjualan dawet merupakan sarana para perempuan mencari Jodoh. Mereka berjualan dawet dipinggir jalan dan ditempat-tempat keramaian. Cara menyuguhkan dawet jabung adalah sangat Khas. Penjual akan menyuguhkan dawet di dalam mangkok kecil dengan alas sebuah piring kecil atau “lepek”. Kemudian pembeli akan mengambil mangkuk dawetnya. Saat ada pemuda yang berminat menjadikan mereka pendamping, pemuda itu akan mengambil “Lepek” alas dawet bukan mangkok dawetnya. Dan jika gadis penjual berkenan menerima maka lepek itu akan dilepaskan. Sebaliknya jika tidak berkenan maka lepeknya tidak akan dilepaskan.

Sering berjalannya waktu, budaya mencari jodoh dengan berjualan dawet sudah tak lagi dilakukan. Tetapi dawet jabung sendiri telah terlanjur terkenal dan sampai sekarang masih dijual diberbagai tempat di ponorogo. Utamanya didaerah sekitar desa Jabung, sepanjang jalan Ponorogo-Mlarak.
Seperti dawet yang lain dawet jabung terdiri dari Cendol, Santan dan sirup dengan tambahan sedikit air garam. Yang menjadikan Khas rasa dawet jabung adalah sirup yang digunakan. Jika kebanyakan dawet menggunakan gula kelapa atau gula pasir sebagai sirup. Dawet Jabung menggunakan air nira kelapa atau “legen” sebagai bahan dasar sirupnya. Ini yang menjadikan rasa dawet jabung lebih segar. untuk menambah rasa kadang penjual menambahkan buah nangka kedalam sirup yang dibuat.


Cemoe atau Wedang Cemoe adalah sejenis minuman hangat yang berbahan utama roti tawar yang dipotong-potong, kacang goreng, bawang goreng, santan, Jahe dan dikasih daun pandan. Sebagian Cemoe ada yang ditambahkan susu kental manis, mutiara dan kolang-kaling.

Hemm…, dah kebayang rasanya kan ?. Hangat gurih manis dengan aroma yang harum, sangat cocok untuk menghangatkan tubuh saat malam. Makanya minuman ini menjadi primadona bagi banyak orang yang suka menikmati suasana malam. Di Ponorogo anda dapat dengan mudah menjumpai warung yang jual wedang cemoe.
Jenang jika didaerah lain dikenal didaerah sebagai Dodol, adalah makanan yang terbuat dari beras atau ketan yang dimasak dengan gula merah dan santan kelapa. Sedang nama “Mirah” sendiri merupakan nama orang yang merintis usaha pembuatan dan penjual jenang dari Desa Josari Kecamatan Jetis Ponorogo.

Usaha pembuatan jenang oleh Mbah Mirah sudah dimulai sejak tahun 1955. Saat itu Mbah mirah menjajakan jenang dari pasar ke pasar dan dari stasiun ke stasiun (Pada sekitar tahun 1955 – awal 80, jalur kereta api Ponorogo-Madiun masih aktif).Siapa nyana usaha tersebut berkembang dan lestari sampai sekarang. Bahkan mendatangkan berkah perekonomian bagi warga Josari yang sekarang terkenal sebagai sentra industri “jenang Mirah”.

Jenang mirah yang berwarna coklat kehitaman dengan taburan wijen itu terkenal dengan rasanya yang manis, legit dan aromanya yang harum. Hal ini tidak lepas dari penggunaan bahan alami yang bermutu dan tanpa campuran pengawet. Selain itu, cara memasaknya yang masih memakai kayu itu, menambah cita rasa khas gurih dan harum jenang mirah.

Meski tanpa pengawet, Jenang mirah dapat bertahan selama 7 hari untuk jenang yang terbuat dari ketan. Sedang untuk jenang beras hanya mampu bertahan selama 3-5 hari, dan untuk jenang campuran beras dan ketan mampu bertahan selama 5-7 hari.

Maka tak heran jika pada hari-hari biasa jenang mirah selalu laris. Apalagi pada saat libur lebaran jenang mirah selalu banyak diburu oleh penggemarnya baik dari dalam maupun luar kota Ponorogo. Selain karena kelezatannya jga harganya cukup terjangkau oleh berbagai kalangan.
Meski serupa, Serabi ditiap daerah mempunyai cita rasa dan kekhasan tersendiri. Yang membedakan serabi ponorogo dengan yang lain adalah serabi ponorogo biasa disantap dengan kuah santan.

Anda bisa mendapatkan serabi ponorogo di beberapa tempat diseputaran kota. Seperti di depan Masjid Agung Ponorogo dan hampir disetiap perempatan seperti di di perempatan Tonatan, dan perempatan Tambak Bayan di perempatan Pasar Pon, perempatan pabrik es, bundaran timur pasar Legi di Depan Kecamatan kota ponorogo. Dan juga hampir di sepanjang jalan Somoroto-ponorogo. tepatnya didaerah Kerun ayu.
Biasanaya penjual serabi mulai berjualan menjelang subuh.

Sejak dahulu serabi khas ponorogo biasa dijual di pinggir jalan, perempatan dan dekat masjid dan bukannya menjelang subuh sampai sekitar jam 6-7 pagi.Pada dasarnya bahan serabi dan cara masaknya sama. Adonan tepung beras yang dicampur santan, encer mirip membuat jenang sumsum dikasih bumbu garam secukupnya untuk membuat gurihnya lalu dituang di kereweng yang dipanasi bara api dari arang.

Disajikan saat panas di dalam mangkok dan dituangi kuah santan dan gula. Bagi anda yang tidak suka manis bisa hanya memakai santan, dan bila anda tidak suka santan dan manis, Maka anda dapat meminta parutan kelapa muda. Serabi ponrogo paling enak dinikmati ketika panas sambil duduk nongkrong di dekat penjualnya menikmati hangatnya perapian tungku serabi.
Ada banyak alasan mengapa getuk Golan menjadi legenda. Dari segi tampilan dan rasa, getuk Golan memang berbeda dari getuk biasa. Jika getuk biasa adalah olahan singkong yang ditumbuk bersama gula jawa,getuk Golan disajikan bersama ketan/jadah ,taburan parutan kelapa dan cairan gula kelapa yang manis. Daya tarik kedua adalah dari segi harga.bayangkan,di jaman serba mahal ini getuk Golan dapat anda nikmati dengan harga 1000 rupiah. Di sajikan di atas daun pisang, tampilan tradisional sangat kental dirasakan.

Untuk mendapatkan gethuk Golan yang asli, mau tak mau anda harus pergi ke desa Golan.  Dari pusat kota ( Pasar Legi ) lurus ke arah barat krg lebih 5 km hingga perempatan Kerun Ayu, belok ke utara 1 km sampai di desa Golan. Ada plang Getuk Golan di jalan Srikaton , masuk ke arah barat 100 meter. Anda tanya orang saja, banyak yang tahu.

Jika anda tidak berminat pergi ke desa Golan, anda masih bisa menikmati gethuk Golan yang dijual di kota Ponorogo. Tepatnya di jalan Singodemejo atau lebih dikenal dengan nama Jalan Baru, tepatnya disebelah selatan Stadion Batoro Katong Ponorogo. Di penjual yang satu ini ada 5 macam yang ditawarkan dari olahan gethuk. Yaitu Gethuk Ketan, Gethuk Gatot, Gethuk Thiwul, Gethuk Trio dan Gethuk Goreng. Gethuk Golan nan legit penuh histori ini bisa anda dapatkan dengan kisaran harga Rp.1500 hingga Rp.3000 saja.

    Blogger Comment
    Facebook Comment

2 komentar:

Humaira said...

Dari 1 smpai 10. Yg belum mencicipi serabi,sate kopok,gethok golan.

Humaira said...

Dari 1 smpai 10. Yg belum mencicipi serabi,sate kopok,gethok golan.